Nama : William
NIM : 2007110177
Kelas : Marketing 11-2C
Mata Kuliah : Agama
Ortodoksi
Kata Ortodoksi berasal dari bahasa Yunani yaitu Orthos yang berarti benar dan Doxa yang berarti kemuliaan, penghormatan, ibadah, atau pendapat. Atau secara harafiah kita dapat mengatakan bahwa Ortodoksi adalah suatu konsep pemikiran yang benar mengenai Allah.
Ortopathi
Kata Ortopathi berasal dari kata Yunani yaitu Orthos yang berarti benar dan Pathos yang berarti afeksi, sikap, hati, keinginan. Dengan kata lain dapat kita ambil kesimpulan bahwa Ortopathi merupakan suatu sikap yang benar yang sesuai dengan keinginan Allah.
Ortopraksi
Kata Ortopraksi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Orthos yang berarti benar dan Praxis yang berarti tindakan atau kerja. Maka definisi dari ortopraksi adalah suatu tindakan yang benar yang didasarkan pada kebenaran Allah.
Dari 3 teori tadi maka dapat disimpulkan bahwa antara ortodoksi, ortopathi, dan ortopraksi harus berjalan bersamaan, bertahap, dan saling berkaitan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Mengapa demikian? Karena jika kita memiliki konsep pemahaman dan pemikiran yang benar, yang berpusatkan pada Allah (ortodoksi), maka kita pun akan memiliki sikap hati yang benar terhadap Allah (ortopathi), dan dengan memiliki ortodoksi dan ortopathi yang benar, secara tidak langsung semuanya ini akan ter-refleksi di dalam tindakan kita sehari-hari, dimana tindakan tersebut didasarkan pada kebenaran mengenai pemahaman akan Allah (ortopraksi).
Contoh berikut saya ambil dari kejadian dalam hidup saya. Ketika tanggal 10 April 2009 lalu, kita para umat Kristiani merayakan hari Jum’at Agung dimana pada hari tersebut biasanya setiap gereja merayakannya dengan suasana duka dan berpuasa. Waktu berpuasanya berbeda – beda, ada yang berpuasa setengah hari, ada juga yang berpuasa seperempat bahkan 1 harian. Waktu itu di gereja saya, kami diminta untuk berpuasa dari jam 6 pagi hingga 6 sore. Pada hari itu saya sangat bangga kepada Bapa, berkat-Nya lah saya dimampukan untuk melewati hari puasa tersebut dengan lancar, karena pada saat siang harinya saya diajak teman baik saya yang pada malam harinya akan kembali ke Irian, pergi ke Pluit Village, saat itu karena rasa tidak enak atas ajakannya, saya pun ikut dia berjalan-jalan ke mall. Di pertengahan jalan-jalan dia mengajak saya dan teman saya untuk makan di resto Kafe Betawi. Melihat ajakan teman saya itu, saya meminta maaf dan menolak teman saya, saya mengatakan bahwa saya tidak ikut makan karena sedang berpuasa, jadi saya hanya menemani dia berbincang, mendengar hal tersebut, teman saya dengan nada keras seperti marah mengatakan, “gak asik lu, ngapain si jadi Kristen fanatik banget, gua jadi ill fill ama Kristen”, menyikapi kata-katanya tersebut saya sempat bingung, saya berpikir apa lebih baik saya buka ya, daripada teman saya marah, namun saya berpikir siapakah dia sehingga bisa membuat saya lebih takut daripada Tuhanku, dengan senyum saya pun berkata, “sori, gua lagi puasa bro, gua pengen ngucap syukur aja ma God buat kebaikanNya”. Lalu dia berkata, “ill fill gua liat Kristen kalo kayak gitu, gua belakangan malah ada feel ke agama lain”. Ucapan-ucapan tersebut kembali membuat iman saya goyah, namun saya diingatkan mengenai pemikiran yang mendasari saya menjalani puasa ini, sehingga saya hanya senyum mendengar ucapan dia, tidak makan, dan tetap berpuasa hingga sore hari.
Setelah saya renungkan kejadian tersebut, saya kembali teringat pemikiran yang mendasari mengapa saya mengikuti puasa waktu itu, yaitu karena saya ingin bersyukur kepada Tuhan atas kasih dan kebaikanNya karena telah mati untuk menebus dosaku. Sehingga dari pemikiran tersebut saya dapat menjalani puasa dengan sikap tenang, serius, dan rasa takut akan Tuhan. Dari pemikiran dan sikap tersebut akhirnya tercermin kepada tindakan, yaitu puasa yang tetap saya lakukan.
Senin, 12 Oktober 2009
Rabu, 07 Oktober 2009
Tugas Merangkum (Indonesian State Philosophy)
Name : William
NIM : 2007110177
Class : 11-7A
Summary of Seminar in Campus B Auditorium at 22th January 2008
Ada 9 pilar dalam nilai-nilai yang dipegang dalam STIKOM LSPR, diantaranya adalah:
1. Respect
2. Politeness
3. Responsibilities
4. Disciplined
5. Honesty
6. Perseverance
7. Confident
8. Independent
9. Do the best
Pengertian dari Values adalah, kualitas seseorang dalam memikirkan hal, menyikapi sesuatu, melayani, atau menghargai diri sendiri dan orang lain (nilai-nilai yang menjadi pegangan seseorang dalam hidupnya). Keuntungan dari menanamkan nilai-nilai positif dalam diri adalah kita akan menuai sikap yang positif, seperti prinsip tabur tuai, yaitu semakin banyak yang ditabur maka semakin banyak yang dituai. Keuntungan lain yang akan didapat bila memiliki nilai/prinsip dalam diri adalah akan menghasilkan integritas bagi diri jika diterapkan terus menerus.
Nilai-nilai dalam diri dapat berkembang karena pergaulan dengan lingkungan di sekitar kita dan perkembangan ini akan terjadi terus menerus. Nilai-nilai juga dapat digolongkan berdasarkan keadaan tertentu, yaitu nilai pribadi, keluarga, agama, budaya, organisasi/ kelompok, dan lainnya. Nilai tersebut diaplikasikan dalam keadaan senang maupun sedih. Jika dinilai berdasarkan abjad dan angka, misalnya a adalah 1, b adalah 2, dan z adalah 26, maka kerja keras (H+A+R+D+W+O+R+K) hanya mewakili 98%, sedangkan pengetahuan (K+N+O+W+L+E+D+G+E) mewakili 96%, tetapi sikap (A+T+T+I+T+U+D+E) mewakili 100% kesuksesan kita.
Berikut adalah nilai-nilai baik yang jika diterapkan akan menghasilkan sikap seorang pemenang:
1. Honesty (Kejujuran)
Kejujuran adalah suatu keadaan yang terbebas dari segala bentuk penipuan. Sebenarnya sebelum kita bertindak untuk menipu orang lain, kita sudah menipu diri kita sendiri. Maka itu, kepada siapa sajakah kita harus jujur? Kepada orang lain, institusi, lingkungan, keluarga, dan diri sendiri. Seorang beragama Buddha(Thanissaro Bikhu) mengatakan bahwa “Jujurlah dimanapun kau berada dan juga terhadap semua keadaanmu”. Socrates pun mengajarkan untuk “jujur dan menjadi manusia yang bermoral serta menegur seseorang jika perilakunya salah, maka orang tersebut tidak akan memilih jalan tersebut. Jika seseorang bersikap tidak jujur maka orang tersebut akan sulit mengetahui seperti apa kejujuran dan mengenal karakteristik dari kesalahan yang dilakukan”.
Dengan bersikap tidak jujur, kadang kita akan sulit untuk mengetahui perbedaan dari orang yang berbohong dan orang yang bersikap jujur. Dengan siapa sajakah seseorang dapat bersikap tidak jujur? Dengan keluarga, ketika di sekolah, hubungan dalam pertemanan, pekerjaan, dan diri sendiri.
Konsekuensi dari bersikap tidak jujur adalah, tidak ada orang yang akan mempercayai kita, mempunyai sedikit teman, susah untuk bisa berhasil, dan akhirnya akan menjadi manusia yang tidak bahagia. Karena itu bersikaplah jujur, terbebaslah dari kebohongan, penipuan, dan ketidakbenaran. Janganlah menjadi orang yang suram karena bersikap tidak jujur. Jadilah jujur, karena kita diciptakan untuk menjadi manusia yang bahagia.
2. Politeness (Sopan Santun)
Pengertian
• Ditunjukkan melalui cara bicara seseorang dengan orang lain
• Bersikap ramah dan hormat
Sopan santun dapat ditunjukkan melalui beragam cara, yaitu
• Dengan mengutamakan orang lain, seperti
o Tidak berfokus pada diri sendiri
o Bersikap empati (turut merasakan penderitaan orang lain)
o Bersikap toleransi
• Dengan bersikap ramah, seperti
o Perhatian
o Pengertian
o Bersikap lembut
o dan bersikap bersahabat
• Dengan mendengarkan orang lain, seperti
o Mendengarkan dengan baik saat orang lain berbicara
o Tidak memotong pembicaraan orang lain
o Tidak membuat kegaduhan
o Mematuhi etika/ aturan yang ada saat bergaul
Sesuatu tidak selalu seperti yang kelihatan, bisa saja seseorang terlihat galak padahal setelah dikenal orangnya ramah, atau bisa juga seseorang yang awalnya terlihat ramah tapi setelah dikenal ternyata mempunyai cara hidup yang tidak baik. Karena itu sikap sopan dari seseorang tidak selalu dapat dilihat dari sikap awal yang ia tunjukkan.
3. Respect (Hormat)
Pengertiannya,
• Suatu ekspresi/ sikap menghormati seseorang
• Memandang seseorang penting
• Asumsi baik terhadap seseorang
Cara mendapatkannya,
• Dengan bertindak atau melakukan sesuatu yang dapat menguntungkan orang lain
• Dengan melakukan segala sesuatu yang pernah dijanjikan
• Dengan melakukan suatu pekerjaan yang menciptakan hasil melebihi apa yang diharapkan
Komponen atau hal-hal yang harus ada sehingga timbul sikap hormat dari orang lain,
• Memiliki integritas
• Memiliki nilai moral yang baik
• Memiliki keahlian
• Konsisten dalam mengerjakan sesuatu
Keuntungan yang didapat dari masyarakat jika dihormati adalah, kita akan mendapatkan kepercayaan ketika berinteraksi dengan mereka, sedangkan keuntungan yang didapat oleh diri kita sendiri adalah kepercayaan dari orang lain, opini-opini yang berkualitas, dan kebahagiaan.
Sikap-sikap yang menunjukkan rasa tidak hormat adalah,
• Tidak memperhatikan seseorang ketika berbicara
• Membuat kegaduhan ketika orang lain berbicara
• Memotong pembicaraan orang lain
• Menjawab pertanyaan orang lain sebelum diizinkan
• dan lainnya
Contoh sikap tidak hormat di dalam kampus adalah,
• Tidak mematuhi aturan dalam berbusana
• Menyontek
• Berbohong dengan surat dokter
• Mabuk
• Memakai Narkoba
Bersikaplah hormat terhadap diri sendiri, karena jika kita tidak menghargai diri kita sendiri, tidak mungkin kita menghormati orang lain, apalagi mengharapkan orang lain yang menghormati kita.
NIM : 2007110177
Class : 11-7A
Summary of Seminar in Campus B Auditorium at 22th January 2008
Ada 9 pilar dalam nilai-nilai yang dipegang dalam STIKOM LSPR, diantaranya adalah:
1. Respect
2. Politeness
3. Responsibilities
4. Disciplined
5. Honesty
6. Perseverance
7. Confident
8. Independent
9. Do the best
Pengertian dari Values adalah, kualitas seseorang dalam memikirkan hal, menyikapi sesuatu, melayani, atau menghargai diri sendiri dan orang lain (nilai-nilai yang menjadi pegangan seseorang dalam hidupnya). Keuntungan dari menanamkan nilai-nilai positif dalam diri adalah kita akan menuai sikap yang positif, seperti prinsip tabur tuai, yaitu semakin banyak yang ditabur maka semakin banyak yang dituai. Keuntungan lain yang akan didapat bila memiliki nilai/prinsip dalam diri adalah akan menghasilkan integritas bagi diri jika diterapkan terus menerus.
Nilai-nilai dalam diri dapat berkembang karena pergaulan dengan lingkungan di sekitar kita dan perkembangan ini akan terjadi terus menerus. Nilai-nilai juga dapat digolongkan berdasarkan keadaan tertentu, yaitu nilai pribadi, keluarga, agama, budaya, organisasi/ kelompok, dan lainnya. Nilai tersebut diaplikasikan dalam keadaan senang maupun sedih. Jika dinilai berdasarkan abjad dan angka, misalnya a adalah 1, b adalah 2, dan z adalah 26, maka kerja keras (H+A+R+D+W+O+R+K) hanya mewakili 98%, sedangkan pengetahuan (K+N+O+W+L+E+D+G+E) mewakili 96%, tetapi sikap (A+T+T+I+T+U+D+E) mewakili 100% kesuksesan kita.
Berikut adalah nilai-nilai baik yang jika diterapkan akan menghasilkan sikap seorang pemenang:
1. Honesty (Kejujuran)
Kejujuran adalah suatu keadaan yang terbebas dari segala bentuk penipuan. Sebenarnya sebelum kita bertindak untuk menipu orang lain, kita sudah menipu diri kita sendiri. Maka itu, kepada siapa sajakah kita harus jujur? Kepada orang lain, institusi, lingkungan, keluarga, dan diri sendiri. Seorang beragama Buddha(Thanissaro Bikhu) mengatakan bahwa “Jujurlah dimanapun kau berada dan juga terhadap semua keadaanmu”. Socrates pun mengajarkan untuk “jujur dan menjadi manusia yang bermoral serta menegur seseorang jika perilakunya salah, maka orang tersebut tidak akan memilih jalan tersebut. Jika seseorang bersikap tidak jujur maka orang tersebut akan sulit mengetahui seperti apa kejujuran dan mengenal karakteristik dari kesalahan yang dilakukan”.
Dengan bersikap tidak jujur, kadang kita akan sulit untuk mengetahui perbedaan dari orang yang berbohong dan orang yang bersikap jujur. Dengan siapa sajakah seseorang dapat bersikap tidak jujur? Dengan keluarga, ketika di sekolah, hubungan dalam pertemanan, pekerjaan, dan diri sendiri.
Konsekuensi dari bersikap tidak jujur adalah, tidak ada orang yang akan mempercayai kita, mempunyai sedikit teman, susah untuk bisa berhasil, dan akhirnya akan menjadi manusia yang tidak bahagia. Karena itu bersikaplah jujur, terbebaslah dari kebohongan, penipuan, dan ketidakbenaran. Janganlah menjadi orang yang suram karena bersikap tidak jujur. Jadilah jujur, karena kita diciptakan untuk menjadi manusia yang bahagia.
2. Politeness (Sopan Santun)
Pengertian
• Ditunjukkan melalui cara bicara seseorang dengan orang lain
• Bersikap ramah dan hormat
Sopan santun dapat ditunjukkan melalui beragam cara, yaitu
• Dengan mengutamakan orang lain, seperti
o Tidak berfokus pada diri sendiri
o Bersikap empati (turut merasakan penderitaan orang lain)
o Bersikap toleransi
• Dengan bersikap ramah, seperti
o Perhatian
o Pengertian
o Bersikap lembut
o dan bersikap bersahabat
• Dengan mendengarkan orang lain, seperti
o Mendengarkan dengan baik saat orang lain berbicara
o Tidak memotong pembicaraan orang lain
o Tidak membuat kegaduhan
o Mematuhi etika/ aturan yang ada saat bergaul
Sesuatu tidak selalu seperti yang kelihatan, bisa saja seseorang terlihat galak padahal setelah dikenal orangnya ramah, atau bisa juga seseorang yang awalnya terlihat ramah tapi setelah dikenal ternyata mempunyai cara hidup yang tidak baik. Karena itu sikap sopan dari seseorang tidak selalu dapat dilihat dari sikap awal yang ia tunjukkan.
3. Respect (Hormat)
Pengertiannya,
• Suatu ekspresi/ sikap menghormati seseorang
• Memandang seseorang penting
• Asumsi baik terhadap seseorang
Cara mendapatkannya,
• Dengan bertindak atau melakukan sesuatu yang dapat menguntungkan orang lain
• Dengan melakukan segala sesuatu yang pernah dijanjikan
• Dengan melakukan suatu pekerjaan yang menciptakan hasil melebihi apa yang diharapkan
Komponen atau hal-hal yang harus ada sehingga timbul sikap hormat dari orang lain,
• Memiliki integritas
• Memiliki nilai moral yang baik
• Memiliki keahlian
• Konsisten dalam mengerjakan sesuatu
Keuntungan yang didapat dari masyarakat jika dihormati adalah, kita akan mendapatkan kepercayaan ketika berinteraksi dengan mereka, sedangkan keuntungan yang didapat oleh diri kita sendiri adalah kepercayaan dari orang lain, opini-opini yang berkualitas, dan kebahagiaan.
Sikap-sikap yang menunjukkan rasa tidak hormat adalah,
• Tidak memperhatikan seseorang ketika berbicara
• Membuat kegaduhan ketika orang lain berbicara
• Memotong pembicaraan orang lain
• Menjawab pertanyaan orang lain sebelum diizinkan
• dan lainnya
Contoh sikap tidak hormat di dalam kampus adalah,
• Tidak mematuhi aturan dalam berbusana
• Menyontek
• Berbohong dengan surat dokter
• Mabuk
• Memakai Narkoba
Bersikaplah hormat terhadap diri sendiri, karena jika kita tidak menghargai diri kita sendiri, tidak mungkin kita menghormati orang lain, apalagi mengharapkan orang lain yang menghormati kita.
Create A New Product (Introduction to Marketing)
Group Personnel:
1. Hanah
2. Olivia
3. Vania
4. Woe Devi
5. William Lee
Class: 11-7A
Marketing Assignment
Brand : C.U (Colour in You)
Reason : We want to create good impression, colourful, cheerful, so when people read or
heard our brand they will know that we sell colourful product.
Segmentation:
Female 15 – 25 years old
Social grade: Middle to Upper class
Semi Formal
Range of price: Rp 200.000 – Rp 1.000.000, because we put our product in Sogo and by wearing our brand the consumer will feel elegant, colourful, and cheerful
Compare to other brand in market right now: ZARA
Trademark: Colour My World
1. Hanah
2. Olivia
3. Vania
4. Woe Devi
5. William Lee
Class: 11-7A
Marketing Assignment
Brand : C.U (Colour in You)
Reason : We want to create good impression, colourful, cheerful, so when people read or
heard our brand they will know that we sell colourful product.
Segmentation:
Female 15 – 25 years old
Social grade: Middle to Upper class
Semi Formal
Range of price: Rp 200.000 – Rp 1.000.000, because we put our product in Sogo and by wearing our brand the consumer will feel elegant, colourful, and cheerful
Compare to other brand in market right now: ZARA
Trademark: Colour My World
Tugas Merangkum 3 (Filsafat)
Nama : William
NIM : 2007110177
Kelas : 11-7A
Tugas Filsafat 3
11. Jelaskan perihal skeptisisme!
- Pengertiannya adalah sebuah pendirian/anggapan dalam pengetahuan manusia yang mengatakan bahwa manusia tidak pernah tahu tentang apapun.
- Latar belakang munculnya skeptisisme adalah karena anggapan bahwa pengetahuan menyangkut kepastian sedangkan mereka menganggap bahwa pengetahuan itu sifatnya tidak ada yang absolut benar.
- Kekurangannya adalah selalu meragukan secara positif setiap klaim atau bukti yang diperoleh.
12. Bandingkan antara rasionalisme dan empirisme!
No. Perihal Rasionalisme Empirisme
1 Definisi Paham yang mengatakan bahwa pengetahuan itu bersumber dari akal budi manusia. Paham yang mengatakan bahwa pengetahuan itu bersumber dari pengalaman inderawi.
2 Alat (sarana) Akal budi. Panca indera.
3 Tokoh pendukung Plato dan Rene Decartes. John Locke dan David Hume.
4 Cara Kerja Deduksi dan mengutamakan pengamatan apriori. Induksi dan mengutamakan pengamatan aposteriori.
13. Apa itu rasionalisme dan empirisme?
- Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa pengetahuan itu bersumber dari akal budi manusia.
- Empirisme adalah paham yang mengatakan bahwa pengetahuan itu bersumber dari pengalaman inderawi.
14. Jelaskan teori Plato tentang proses terjadinya pengetahuan manusia!
Teori ini disebut pra-eksistensi jiwa. Dalam teori ini Plato mengemukakan bahwa sebelum manusia dilahirkan, jiwa manusia itu berada dalam dunia yang disebut dunia ide. Dalam dunia ini jiwa manusia telah mengenal hal-hal seperti pengetahuan, benda, dan sebagainya. Ketika manusia dilahirkan, jiwa manusia terpenjara dalam tubuh dan akibatnya ingatannya tentang ide-ide menjadi kabur.
15. Jelaskan bagaimana Aristoteles mensintesakan antara rasionalisme dan empirisme!
Menurut Aristoteles pengetahuan manusia itu tercapai sebagai hasil kegiatan manusia mengamati keadaan yang banyak, lalu dari kegiatan mengamati ini manusia menarik unsur-unsur universal dari yang partikular.
16. Bagaimana terjadinya pengetahuan menurut Immanuel Kant!
Menurut Immanuel Kant, manusia sesungguhnya sudah punya bakat untuk mengetahui sesuatu. Bakat ini sudah punya bentuk tersendiri sehingga segala sesuatu yang dikenalnya melalui panca indera selalu diterima dan diolah menurut bentuk atau sudut pandang ruang dan waktu serta hukum sebab akibat.
17. Jelaskan teori kebenaran sebagai persesuaian!
- Definisinya adalah persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan.
- Hal yang dipentingkan dalam teori ini adalah:
• Lebih menekankan pada bukti, karena buktilah yang dianggap sebagai penjelasan dari teori yang dikatakan.
• Adanya dualitas antara subjek dan objek. Tetapi pada teori ini lebih menekankan pada objek (bukti).
• Teori ini dianut oleh kaum empirisme.
- Persoalan yang dihadapi oleh teori ini adalah pernyataan tentang agama, moral, etika dianggap tidak penting karena tidak dapat dibuktikan secara empiris (tidak memiliki bukti empiris), karena itu dianggap tidak penting.
- Contoh dari teori ini adalah “Student card mahasiswa London School di tahun 2007 ini berwarna ungu.”
18. Jelaskan teori kebenaran sebagai keteguhan!
- Definisinya adalah persesuaian antara pernyataan yang satu dengan yang lain, atau teori yang satu dengan yang lain.
- Hal yang dipentingkan dalam teori ini adalah:
- Menekankan kebenaran rasional-logis dan cara kerja deduktif.
- Menekankan kebenaran dan pengetahuan apriori.
- Persoalannya adalah bagaimana dengan kebenaran teori-teori yang sebelumnya? Jika dibuktikan dengan teori yang sebelumnya maka akan terjadi gerak mundur tanpa henti.
19. Bandingkan antara teori kebenaran sebagai “persesuaian” dengan teori kebenaran sebagai “keteguhan”!
Perihal Kebenaran Persesuaian Kebenaran Keteguhan
Definisi Persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan.
Persesuaian antara pernyataan yang satu dengan yang lain, atau teori yang satu dengan yang lain.
Nama lain Empiris. Rasional logis.
Hal yang diutamakan -)mementingkan objek.
-)mengutamakan pengamatan indera. -)mementingkan subjek.
-)mengutamakan penalaran akal budi.
Cara kerja Induktif dan aposteriori. Deduktif dan apriori.
Tokoh pendukung Aristoteles. Kaum rasionalis: Leibniz, Spinoza, Decartes, Hegel.
NIM : 2007110177
Kelas : 11-7A
Tugas Filsafat 3
11. Jelaskan perihal skeptisisme!
- Pengertiannya adalah sebuah pendirian/anggapan dalam pengetahuan manusia yang mengatakan bahwa manusia tidak pernah tahu tentang apapun.
- Latar belakang munculnya skeptisisme adalah karena anggapan bahwa pengetahuan menyangkut kepastian sedangkan mereka menganggap bahwa pengetahuan itu sifatnya tidak ada yang absolut benar.
- Kekurangannya adalah selalu meragukan secara positif setiap klaim atau bukti yang diperoleh.
12. Bandingkan antara rasionalisme dan empirisme!
No. Perihal Rasionalisme Empirisme
1 Definisi Paham yang mengatakan bahwa pengetahuan itu bersumber dari akal budi manusia. Paham yang mengatakan bahwa pengetahuan itu bersumber dari pengalaman inderawi.
2 Alat (sarana) Akal budi. Panca indera.
3 Tokoh pendukung Plato dan Rene Decartes. John Locke dan David Hume.
4 Cara Kerja Deduksi dan mengutamakan pengamatan apriori. Induksi dan mengutamakan pengamatan aposteriori.
13. Apa itu rasionalisme dan empirisme?
- Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa pengetahuan itu bersumber dari akal budi manusia.
- Empirisme adalah paham yang mengatakan bahwa pengetahuan itu bersumber dari pengalaman inderawi.
14. Jelaskan teori Plato tentang proses terjadinya pengetahuan manusia!
Teori ini disebut pra-eksistensi jiwa. Dalam teori ini Plato mengemukakan bahwa sebelum manusia dilahirkan, jiwa manusia itu berada dalam dunia yang disebut dunia ide. Dalam dunia ini jiwa manusia telah mengenal hal-hal seperti pengetahuan, benda, dan sebagainya. Ketika manusia dilahirkan, jiwa manusia terpenjara dalam tubuh dan akibatnya ingatannya tentang ide-ide menjadi kabur.
15. Jelaskan bagaimana Aristoteles mensintesakan antara rasionalisme dan empirisme!
Menurut Aristoteles pengetahuan manusia itu tercapai sebagai hasil kegiatan manusia mengamati keadaan yang banyak, lalu dari kegiatan mengamati ini manusia menarik unsur-unsur universal dari yang partikular.
16. Bagaimana terjadinya pengetahuan menurut Immanuel Kant!
Menurut Immanuel Kant, manusia sesungguhnya sudah punya bakat untuk mengetahui sesuatu. Bakat ini sudah punya bentuk tersendiri sehingga segala sesuatu yang dikenalnya melalui panca indera selalu diterima dan diolah menurut bentuk atau sudut pandang ruang dan waktu serta hukum sebab akibat.
17. Jelaskan teori kebenaran sebagai persesuaian!
- Definisinya adalah persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan.
- Hal yang dipentingkan dalam teori ini adalah:
• Lebih menekankan pada bukti, karena buktilah yang dianggap sebagai penjelasan dari teori yang dikatakan.
• Adanya dualitas antara subjek dan objek. Tetapi pada teori ini lebih menekankan pada objek (bukti).
• Teori ini dianut oleh kaum empirisme.
- Persoalan yang dihadapi oleh teori ini adalah pernyataan tentang agama, moral, etika dianggap tidak penting karena tidak dapat dibuktikan secara empiris (tidak memiliki bukti empiris), karena itu dianggap tidak penting.
- Contoh dari teori ini adalah “Student card mahasiswa London School di tahun 2007 ini berwarna ungu.”
18. Jelaskan teori kebenaran sebagai keteguhan!
- Definisinya adalah persesuaian antara pernyataan yang satu dengan yang lain, atau teori yang satu dengan yang lain.
- Hal yang dipentingkan dalam teori ini adalah:
- Menekankan kebenaran rasional-logis dan cara kerja deduktif.
- Menekankan kebenaran dan pengetahuan apriori.
- Persoalannya adalah bagaimana dengan kebenaran teori-teori yang sebelumnya? Jika dibuktikan dengan teori yang sebelumnya maka akan terjadi gerak mundur tanpa henti.
19. Bandingkan antara teori kebenaran sebagai “persesuaian” dengan teori kebenaran sebagai “keteguhan”!
Perihal Kebenaran Persesuaian Kebenaran Keteguhan
Definisi Persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan.
Persesuaian antara pernyataan yang satu dengan yang lain, atau teori yang satu dengan yang lain.
Nama lain Empiris. Rasional logis.
Hal yang diutamakan -)mementingkan objek.
-)mengutamakan pengamatan indera. -)mementingkan subjek.
-)mengutamakan penalaran akal budi.
Cara kerja Induktif dan aposteriori. Deduktif dan apriori.
Tokoh pendukung Aristoteles. Kaum rasionalis: Leibniz, Spinoza, Decartes, Hegel.
Tugas Merangkum 2 (Filsafat)
Abstrak :
Dua asumsi penting di dalam pandangan induktivis naif tentang observasi. Kritik dan penolakan terhadap kedua asumsi tersebut melalui beberapa cara dan alasan. Garis besar pandangan tentang observasi sebagai pandangan yang sangat umum dan populer pada zaman modern ini. Kesangsian lebih lanjut dan lebih besar terhadap kelayakan sikap induktivis tentang observasi. Pengalaman visual tidak ditentukan oleh gambar-gambar pada retina. Contoh hubungan pengalaman visual dengan ilmu. Keterangan observasi membutuhkan teori. Pandangan induktivis tentang ilmu. Hal-hal yang diperlukan untuk memantapkan validitas suatu keterangan observasi. Beberapa contoh untuk membantu mengerti watak ilmu yang sesungguhnya. Observasi dan experimen dibimbing oleh teori. Induktivisme tidak disalahkan secara konklusif. Esensial untuk mengerti bahwa ilmu adalah lembaga perkembangan historis pengetahuan dan suatu teori. Kritik terhadap filsafat ilmu induktivis.
Kata Kunci :
• Kaum induktivis naif
• Induktivis
• Observasi
• Reliabilitas
• Induktivisme
• Extensif
• Experimen
• Perspektif
• Esensial
• Persepsual
• Reserve
• Rival
• Interpretasi
• Kaum Empiris
• Konfrontasi
• Formulasi
• Teoretis
• Konsepsual
• Otonom
• Kaum induktivis extrem-positivis logical
Batang Tubuh :
Ada dua pandangan penting di dalam pandangan induktivis naif tentang observasi. Yang pertama adalah bahwa ilmu bertolak lewat observasi. Yang lainnya bahwa observasi menghasilkan landasan yang kukuh dan dari situ pengetahuan dapat ditarik. Kedua asumsi itu akan dikritik dalam berbagai macam cara dan ditolak dengan berbagai macam alasan.
1. Pandangan popular tentang observasi
Karena indera penglihatan merupakan indera yang paling extensif dipergunakan di dalam praktek ilmu, dan untuk mengambil gampangnya, maka pembicaraan berikut akan berhubungan dengan dunia penglihatan saja. Ada dua hal yang ditekankan dalam gambaran garis besar tentang observasi via indera-penglihatan, yang merupakan titik kunci bagi kaum induktvis. Pertama, seorang pengamat sedikit banyak dapat menangkap langsung beberapa sifat dari dunia luar selama sifat-sifat itu terekam oleh otaknya dengan tindakan melihat. Yang kedua, bahwa dua pengamat yang normal memandang objek atau adegan yang sama dari tempat yang sama akan “melihat” hal yang sama.
2. Pengalaman visual tidak ditentukan oleh gambar-gambar pada retina
Banyak bukti menunjukkan kenyataan justru bukan demikian, bahwa pengalaman para pengamat ketika memandang satu objek ditentukan semata-mata oleh informasi dalam bentuk sorotan sinar yang memasuki mata pengamat, juga tidak ditentukan semata-mata oleh gambar-gambar pada retina si pengamat. Dua pengamat memandang objek yang sama dari tempat yang sama dan dalam keadaan fisik yang sama tidak harus memiliki pengalaman visual yang sama, walaupun gambar-gambar yang diterima retina pada hakekatnya sama. Contoh, dalam suatu experimen terkenal kepada para subjek diperlihatkan kartu-kartu untuk beberapa waktu, kemudian diminta mengidentifikasikannya. Bila dipergunakan suatu set kartu normal, maka para subjek dapat menyelesaikan tugas mereka dengan memuaskan. Tetapi bila dalam tumpukan kartu diselipkan kartu abnormal, misalnya As Sekop berwarna merah, maka hampir semua subjek mula-mula salah mengidentifikasikan kartu itu sebagai As Ret atau As Sekop normal. Kesan subjektif yang dialami para pengamat dipengaruhi oleh harapan-harapannya. Tetapi, ketika mereka menyadari, setelah sesaat kebingungan, atau setelah diberi tahu adanya kartu-kartu abnormal dalam tumpukan kartu, maka mereka segera dapat mengidentifikasikan tanpa kesulitan sedikitpun kartu normal maupun yang abnormal.
3. Keterangan observasi membutuhkan teori
Walaupun ada beberapa pengalaman unik pada semua pengamat dalam persepsi, tetap saja akan terdapat beberapa keberatan pokok mengenai asumsi induktivis tentang observasi. Dalam bagian ini, kita akan memusatkan perhatian kepada keterangan-keterangan observasi berdasarkan dan dibenarkan oleh pengalaman persepsual para pengamat. Menurut pandangan induktivis tentang ilmu, dasar kukuh diatas mana hokum-hukum dan teori-teori membangun ilmu, sebenarnya lebih merupakan keterangan observasi publik daripada pengalaman subjektif pengamat individual. Jelas, observasi yang pernah dilakukan oleh Darwin selama dalam pelayaran di atas kapal Beagle, misalnya, akan menjadi tidak layak untuk ilmu, apabila ia tetapmerupakan pengalaman pribadi Darwin saja. Ia menjadi relevan untuk ilmu hanya bila ia diformulasikan dan dikomunikasikan sebagai keterangan observasi yang dapat dimanfaatkan dan dikritik oleh para ilmuwan lainnya. Pandangan induktivis itu membutuhkan penarikan keterangan universal dari keterangan tunggal lewat induksi. Penalaran induktif maupun deduktif melibatkan relasi-relasi antara berbagai perangkat keterangan, dan bukan antara keterangan dengan pengalaman persepsual.
Kita boleh berasumsi bahwa bermacam-macam pengalaman persepsual dapat secara langsung diperoleh seorang pengamat, tetapi keterangan observasi sudah tentu tidak demikian. Yang tersebut belakangan ini merupakan milik publik, diformulasi dalam bahasa publik, melibatkan teori-teori yang sangat umum dalam berbagai tingkat dan menggunakan argumentasi yang bisa mengelabui. Sekali perhatian dipusatkan pada keterangan observasi yang membentuk dasar kukuh bagi ilmu, maka dapat dilihat bahwa berlawanan dengan klaim induktivis, suatu teori mesti mendahului keterangan observasi, keterangan observasi itu mungkin sama salahnya dengan teori dalam pra-anggapan yang mendahuluinya.
Keterangan observasi harus dibuat dalam bahasa suatu teori, bagaimanapun samarnya. Suatu misal lagi, seorang yang sudah bangun pagi-pagi dan kepingin sekali minum kopi, mengeluh : “Kompor gas ini tidak mau nyala.” Dalam keluhannya ini terdapat asumsi bahwa di dunia ini ada zat-zat yang dapat digolongkan ke dalam konsep “gas”, dan beberapa diantaranya dapat membakar. Ia pun mengemukakan bahwa konsep “gas” itu tidak selalu dapat diperoleh. Ia tidak ada sebelum pertengahan abad ke 18, tatkala Joseph Black pertama kali membuat karbon dioxide. Sebelum itu, semua “gas” hanya dianggap kurang lebih contoh-contoh udara.
Karenanya keterangan observasi selalu dibuat dalam bahasa satu teori dan akan persis seperti keterangan teoretis atau konsepsual yang mereka manfaatkan.
Keterangan observasi bisa sama salahnya seperti teori-teori yang mendahuluinya, karena itu tidak dapat memberikan dasar yang sepenuhnya terjamin kukuh untuk membangun hukum-hukum dan teori-teori ilmiah diatasnya. Contoh , “ada sebatang kapur tulis disini”, yang diucapkan oleh seorang guru sambil menunjukkan sebuah benda berbentuk silinder putih yang dipegang di depan papan tulis. Bahkan keterangan observasi paling dasar seperti ini pun, telah melibatkan satu teori, dan ia bisa salah pula. Satu generalisasi tingkat rendah seperti “batangan-batangan putih yang terdapat di dalam ruangan kelas sekolah dekat papan tulis adalah kapur tulis” lahir dari satu asumsi. Dan sudah tentu generalisasi ini tidak mesti benar. Keterangan sang guru dalam contoh diatas pun bisa salah. Silinder putih yang dimaksud boleh jadi bukan kapur tulis, melainkan barang tiruan yang dibuat dengan cermat oleh seorang murid yang bermaksud main-main. Guru itu, atau orang lain, dapat mengambil langkah-langkah untuk menguji kebenaran keterangannya. Akan tetapi penting disadari, makin meyakinkan hasil pengujiannya makin banyak teori yang diperlukan, dan selanjutnya, kepastian absolut tidak pernah dicapai. Setiap tingkat dalam rangkaian usaha untuk mengkonsolidasi validitas keterangan observasi: “Ini adalah sebatang kapur tulis”, ternyata melibatkan kebutuhan tidak hanya pada keterangan-keterangan observasi lebih lanjut, tetapi juga pada generalisasi-generalisasi yang lebih teoretis. Dengan demikian jelaslah bahwa memantapkan validitas suatu keterangan observasi, memerlukan pertolongan teori, dan makin mantap validitasnya, makin extensif pula pengetahuan teori yang digunakan. Hal ini langsung berlawanan dengan apa yang kita harapkan semula dari pandangan induktivis, yakni bahwa untuk mengukuhkan kebenaran keterangan observasi kita perlukan keterangan observasi yang lebih terjamin, dan mungkin hukum-hukum bisa ditarik secara induktif dari situ, tetapi bukan dari teori.
Berikut ini beberapa contoh yang lebih membantu usaha kita untuk mengerti watak ilmu yang sesungguhnya.
Di zaman Copernicus (sebelum diketemukan teleskop), orang-orang dengan cermat mengamati besarnya Venus. Keterangan observasi: “Venus, dipandang dari bumi, nampak ukuran besarnya tidak mengalami perubahan sepanjang tahun” umumnya diterima baik oleh semua ahli astronomi, baik golongan Copernican maupun non-Copernican. Andreas Osiander, rekan sezaman Copernicus, menunjuk pada ramalan bahwa Venus seharusnya nampak berubah ukurannya, jadi sebagai “suatu hasil yang berlawanan dengan pengalaman dari tahun ke tahun”. Observasi ini diterima baik, walaupun mengalami kesulitan, sejak teori Copernicus dan juga beberapa rivalnya mengemukakan bahwa Venus seharusnya nampak berubah ukurannya sepanjang tahun. Tetapi observasi itu kini telah dianggap salah, karena mendasarkannya pada teori salah bahwa besarnya sumber cahaya yang kecil dapat diukur dengan akurat oleh mata telanjang. Teori modern dapat menerangkan mengapa mata telanjang yang menilai besarnya ukuran sumber cahaya kecil akan menyesatkan, dan mengapa observasi dengan teleskop, yang dapat menunjukkan dengan jelas berubah-ubahnya ukuran Venus sepanjang tahun, lebih dapat diterima. Contoh ini dengan jelas mengilustrasikan ketergantungan keterangan observasi pada teori, dan karenanya bisa salah.
Saya telah mengemukakan bahwa pandangan induktivis salah dalam dua hal. Ilmu tidak bertolak lewat keterangan-keterangan observasi, karena ada teori mendahului segala keterangan observasi, selain itu keterangan observasi tidak memberikan dasar yang kukuh untuk membangun pengetahuan ilmiah, makanya ia bisa salah. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa keterangan observasi tidak berperanan dalam ilmu. Saya tidak menyatakan bahwa semua keterangan observasi harus dibuang karena bisa salah. Saya lebih suka mengemukakan bahwa peranan keterangan observasi dalam ilmu menurut pandangan induktivis itu tidak seksama, tidak correct.
4. Observasi dan experimen dibimbing oleh teori
Contoh, katakanlah saya bersemangat hendak memberikan sumbangan kepada psikologi atau anatomi manusia, dan katakanlah saya mengetahui bahwa sedikit sekali penelitian dilakukan mengenai beratnya daun telinga. Apabila, di atas dasar ini, saya lebih dulu melakukan observasi yang sangat cermat terhadap beratnya daun telinga manusia dengan variasi yang sangat luas, merekam dan mengadakan kategorisasi observasi-observasi yang sangat banyak itu, saya kira jelas bahwa saya tidak akan dapat dengan cara demikian memberikan suatu sumbangan yang berarti kepada ilmu. Saya malah membuang-buang banyak waktu dan tenaga dengan sia-sia, kecuali jika sebelumnya ada teori yang mengatakan tentang pentingnya berat daun telinga atau ada suatu teori yang menghubungkanukuran daun telinga dengan terjadinya kanker.
Contoh diatas menggambarkan satu segi penting yang menyatakan bahwa di dalam ilmu, teori mendahului observasi. Observasi dan percobaan diadakan dengan maksud untuk menguji atau mengungkap sesuatu teori, dan hanya observasi yang relevan dengan tugas penelitian itu harus direkam. Namun, selama teori-teori yang membangun pengetahuan ilmiah bisa salah dan tidak lengkap, maka bimbingan yang diberikan oleh teori - agar observasi menjadi relevan dengan fenomena yang diselidiki - mungkin bisa menyesatkan dan mengakibatkan pengabaian beberapa faktor yang penting. Teori-teori tidak lengkap dan mungkin bisa salah yang membangun pengetahuan ilmiah dapat memberikan bimbingan salah pula kepada pengamat. Tetapi problema ini hendaknya ditangani dengan mengembangkan teori-teori kita lebih maju, dan bukan dengan merekam suatu daftar panjang yang tiada habisnya mengenai observasi-observasi tanpa tujuan.
5. Induktivisme tidak disalahkan secara konklusif
Pemisahan cara penemuan dan cara pembenaran, memungkinkan kaum induktivis menghindari kritik yang diarahkan pada klaim mereka bahwa ilmu bertolak lewat observasi. Akan tetapi, legitimasi pemisahan dua cara itu harus dipertanyakan. Hal ini saya harapkan menjadi makin jelas selagi buku ini melangkah makin jauh, bahwa esensial untuk mengerti bahwa ilmu adalah lembaga perkembangan historis pengetahuan dan suatu teori hanya dapat dinilai berharga apabila perhatian secukupnya diberikan pada konteks sejarahnya. Penilaian teori erat hubungannya dengan keadaan ketika teori itu pertama kali muncul.
Kaum induktivis ingin membuat pembedaan sangat tajam antara observasi langsung, yang mereka harapkan akan membentuk dasar yang kukuh untuk pengetahuan ilmiah, dan teori-teori yang akan dibenarkan dengan sejumlah dukungan induktif yang diterimanya dari dasar observasi yang terjamin. Kaum induktivis extrem-positivis logikal berlaku demikian jauh sampai mengemukakan bahwa teori hanya mempunyai arti selama ia dapat diverifikasi dengan observasi langsung. Sikap demikian itu tersangkal oleh kenyataan bahwa pembedaan tajam antara observasi dan teori tidak dapat dipertahankan, karena observasi atau lebih tepat keterangan yang dihasilkan dari observasi, telah lebih dulu kemasukan teori.
Persoalan induksi tidak dapat dipandang sebagai kesalahan yang pasti, karena sebagaimana telah saya katakan sebelumnya, kebanyakan filsafat ilmu lainnya pun menderita kesulitan-kesulitan serupa. Saya hanya menunjukkan suatu cara dimana kritik yang dipusatkan pada ketergantungan observasi pada teori dalam batas-batas tertentu dapat dihindari oleh kaum induktivis, dan saya yakin bahwa mereka masih saja dapat memikirkan pembelaan lain yang cerdik. Alasan saya utama mengapa induktivisme harus ditinggalkan ialah bahwa dibandingkan dengan pendekatan rivalnya yang lebih modern, induktivisme makin gagal memberikan keterangan yang lebih baru dan yang menarik tentang watak ilmu, suatu kenyataan yang telah mendorong Imre Lakatos untuk menyebut program itu sebagai program yang membawa kemunduran.
Dua asumsi penting di dalam pandangan induktivis naif tentang observasi. Kritik dan penolakan terhadap kedua asumsi tersebut melalui beberapa cara dan alasan. Garis besar pandangan tentang observasi sebagai pandangan yang sangat umum dan populer pada zaman modern ini. Kesangsian lebih lanjut dan lebih besar terhadap kelayakan sikap induktivis tentang observasi. Pengalaman visual tidak ditentukan oleh gambar-gambar pada retina. Contoh hubungan pengalaman visual dengan ilmu. Keterangan observasi membutuhkan teori. Pandangan induktivis tentang ilmu. Hal-hal yang diperlukan untuk memantapkan validitas suatu keterangan observasi. Beberapa contoh untuk membantu mengerti watak ilmu yang sesungguhnya. Observasi dan experimen dibimbing oleh teori. Induktivisme tidak disalahkan secara konklusif. Esensial untuk mengerti bahwa ilmu adalah lembaga perkembangan historis pengetahuan dan suatu teori. Kritik terhadap filsafat ilmu induktivis.
Kata Kunci :
• Kaum induktivis naif
• Induktivis
• Observasi
• Reliabilitas
• Induktivisme
• Extensif
• Experimen
• Perspektif
• Esensial
• Persepsual
• Reserve
• Rival
• Interpretasi
• Kaum Empiris
• Konfrontasi
• Formulasi
• Teoretis
• Konsepsual
• Otonom
• Kaum induktivis extrem-positivis logical
Batang Tubuh :
Ada dua pandangan penting di dalam pandangan induktivis naif tentang observasi. Yang pertama adalah bahwa ilmu bertolak lewat observasi. Yang lainnya bahwa observasi menghasilkan landasan yang kukuh dan dari situ pengetahuan dapat ditarik. Kedua asumsi itu akan dikritik dalam berbagai macam cara dan ditolak dengan berbagai macam alasan.
1. Pandangan popular tentang observasi
Karena indera penglihatan merupakan indera yang paling extensif dipergunakan di dalam praktek ilmu, dan untuk mengambil gampangnya, maka pembicaraan berikut akan berhubungan dengan dunia penglihatan saja. Ada dua hal yang ditekankan dalam gambaran garis besar tentang observasi via indera-penglihatan, yang merupakan titik kunci bagi kaum induktvis. Pertama, seorang pengamat sedikit banyak dapat menangkap langsung beberapa sifat dari dunia luar selama sifat-sifat itu terekam oleh otaknya dengan tindakan melihat. Yang kedua, bahwa dua pengamat yang normal memandang objek atau adegan yang sama dari tempat yang sama akan “melihat” hal yang sama.
2. Pengalaman visual tidak ditentukan oleh gambar-gambar pada retina
Banyak bukti menunjukkan kenyataan justru bukan demikian, bahwa pengalaman para pengamat ketika memandang satu objek ditentukan semata-mata oleh informasi dalam bentuk sorotan sinar yang memasuki mata pengamat, juga tidak ditentukan semata-mata oleh gambar-gambar pada retina si pengamat. Dua pengamat memandang objek yang sama dari tempat yang sama dan dalam keadaan fisik yang sama tidak harus memiliki pengalaman visual yang sama, walaupun gambar-gambar yang diterima retina pada hakekatnya sama. Contoh, dalam suatu experimen terkenal kepada para subjek diperlihatkan kartu-kartu untuk beberapa waktu, kemudian diminta mengidentifikasikannya. Bila dipergunakan suatu set kartu normal, maka para subjek dapat menyelesaikan tugas mereka dengan memuaskan. Tetapi bila dalam tumpukan kartu diselipkan kartu abnormal, misalnya As Sekop berwarna merah, maka hampir semua subjek mula-mula salah mengidentifikasikan kartu itu sebagai As Ret atau As Sekop normal. Kesan subjektif yang dialami para pengamat dipengaruhi oleh harapan-harapannya. Tetapi, ketika mereka menyadari, setelah sesaat kebingungan, atau setelah diberi tahu adanya kartu-kartu abnormal dalam tumpukan kartu, maka mereka segera dapat mengidentifikasikan tanpa kesulitan sedikitpun kartu normal maupun yang abnormal.
3. Keterangan observasi membutuhkan teori
Walaupun ada beberapa pengalaman unik pada semua pengamat dalam persepsi, tetap saja akan terdapat beberapa keberatan pokok mengenai asumsi induktivis tentang observasi. Dalam bagian ini, kita akan memusatkan perhatian kepada keterangan-keterangan observasi berdasarkan dan dibenarkan oleh pengalaman persepsual para pengamat. Menurut pandangan induktivis tentang ilmu, dasar kukuh diatas mana hokum-hukum dan teori-teori membangun ilmu, sebenarnya lebih merupakan keterangan observasi publik daripada pengalaman subjektif pengamat individual. Jelas, observasi yang pernah dilakukan oleh Darwin selama dalam pelayaran di atas kapal Beagle, misalnya, akan menjadi tidak layak untuk ilmu, apabila ia tetapmerupakan pengalaman pribadi Darwin saja. Ia menjadi relevan untuk ilmu hanya bila ia diformulasikan dan dikomunikasikan sebagai keterangan observasi yang dapat dimanfaatkan dan dikritik oleh para ilmuwan lainnya. Pandangan induktivis itu membutuhkan penarikan keterangan universal dari keterangan tunggal lewat induksi. Penalaran induktif maupun deduktif melibatkan relasi-relasi antara berbagai perangkat keterangan, dan bukan antara keterangan dengan pengalaman persepsual.
Kita boleh berasumsi bahwa bermacam-macam pengalaman persepsual dapat secara langsung diperoleh seorang pengamat, tetapi keterangan observasi sudah tentu tidak demikian. Yang tersebut belakangan ini merupakan milik publik, diformulasi dalam bahasa publik, melibatkan teori-teori yang sangat umum dalam berbagai tingkat dan menggunakan argumentasi yang bisa mengelabui. Sekali perhatian dipusatkan pada keterangan observasi yang membentuk dasar kukuh bagi ilmu, maka dapat dilihat bahwa berlawanan dengan klaim induktivis, suatu teori mesti mendahului keterangan observasi, keterangan observasi itu mungkin sama salahnya dengan teori dalam pra-anggapan yang mendahuluinya.
Keterangan observasi harus dibuat dalam bahasa suatu teori, bagaimanapun samarnya. Suatu misal lagi, seorang yang sudah bangun pagi-pagi dan kepingin sekali minum kopi, mengeluh : “Kompor gas ini tidak mau nyala.” Dalam keluhannya ini terdapat asumsi bahwa di dunia ini ada zat-zat yang dapat digolongkan ke dalam konsep “gas”, dan beberapa diantaranya dapat membakar. Ia pun mengemukakan bahwa konsep “gas” itu tidak selalu dapat diperoleh. Ia tidak ada sebelum pertengahan abad ke 18, tatkala Joseph Black pertama kali membuat karbon dioxide. Sebelum itu, semua “gas” hanya dianggap kurang lebih contoh-contoh udara.
Karenanya keterangan observasi selalu dibuat dalam bahasa satu teori dan akan persis seperti keterangan teoretis atau konsepsual yang mereka manfaatkan.
Keterangan observasi bisa sama salahnya seperti teori-teori yang mendahuluinya, karena itu tidak dapat memberikan dasar yang sepenuhnya terjamin kukuh untuk membangun hukum-hukum dan teori-teori ilmiah diatasnya. Contoh , “ada sebatang kapur tulis disini”, yang diucapkan oleh seorang guru sambil menunjukkan sebuah benda berbentuk silinder putih yang dipegang di depan papan tulis. Bahkan keterangan observasi paling dasar seperti ini pun, telah melibatkan satu teori, dan ia bisa salah pula. Satu generalisasi tingkat rendah seperti “batangan-batangan putih yang terdapat di dalam ruangan kelas sekolah dekat papan tulis adalah kapur tulis” lahir dari satu asumsi. Dan sudah tentu generalisasi ini tidak mesti benar. Keterangan sang guru dalam contoh diatas pun bisa salah. Silinder putih yang dimaksud boleh jadi bukan kapur tulis, melainkan barang tiruan yang dibuat dengan cermat oleh seorang murid yang bermaksud main-main. Guru itu, atau orang lain, dapat mengambil langkah-langkah untuk menguji kebenaran keterangannya. Akan tetapi penting disadari, makin meyakinkan hasil pengujiannya makin banyak teori yang diperlukan, dan selanjutnya, kepastian absolut tidak pernah dicapai. Setiap tingkat dalam rangkaian usaha untuk mengkonsolidasi validitas keterangan observasi: “Ini adalah sebatang kapur tulis”, ternyata melibatkan kebutuhan tidak hanya pada keterangan-keterangan observasi lebih lanjut, tetapi juga pada generalisasi-generalisasi yang lebih teoretis. Dengan demikian jelaslah bahwa memantapkan validitas suatu keterangan observasi, memerlukan pertolongan teori, dan makin mantap validitasnya, makin extensif pula pengetahuan teori yang digunakan. Hal ini langsung berlawanan dengan apa yang kita harapkan semula dari pandangan induktivis, yakni bahwa untuk mengukuhkan kebenaran keterangan observasi kita perlukan keterangan observasi yang lebih terjamin, dan mungkin hukum-hukum bisa ditarik secara induktif dari situ, tetapi bukan dari teori.
Berikut ini beberapa contoh yang lebih membantu usaha kita untuk mengerti watak ilmu yang sesungguhnya.
Di zaman Copernicus (sebelum diketemukan teleskop), orang-orang dengan cermat mengamati besarnya Venus. Keterangan observasi: “Venus, dipandang dari bumi, nampak ukuran besarnya tidak mengalami perubahan sepanjang tahun” umumnya diterima baik oleh semua ahli astronomi, baik golongan Copernican maupun non-Copernican. Andreas Osiander, rekan sezaman Copernicus, menunjuk pada ramalan bahwa Venus seharusnya nampak berubah ukurannya, jadi sebagai “suatu hasil yang berlawanan dengan pengalaman dari tahun ke tahun”. Observasi ini diterima baik, walaupun mengalami kesulitan, sejak teori Copernicus dan juga beberapa rivalnya mengemukakan bahwa Venus seharusnya nampak berubah ukurannya sepanjang tahun. Tetapi observasi itu kini telah dianggap salah, karena mendasarkannya pada teori salah bahwa besarnya sumber cahaya yang kecil dapat diukur dengan akurat oleh mata telanjang. Teori modern dapat menerangkan mengapa mata telanjang yang menilai besarnya ukuran sumber cahaya kecil akan menyesatkan, dan mengapa observasi dengan teleskop, yang dapat menunjukkan dengan jelas berubah-ubahnya ukuran Venus sepanjang tahun, lebih dapat diterima. Contoh ini dengan jelas mengilustrasikan ketergantungan keterangan observasi pada teori, dan karenanya bisa salah.
Saya telah mengemukakan bahwa pandangan induktivis salah dalam dua hal. Ilmu tidak bertolak lewat keterangan-keterangan observasi, karena ada teori mendahului segala keterangan observasi, selain itu keterangan observasi tidak memberikan dasar yang kukuh untuk membangun pengetahuan ilmiah, makanya ia bisa salah. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa keterangan observasi tidak berperanan dalam ilmu. Saya tidak menyatakan bahwa semua keterangan observasi harus dibuang karena bisa salah. Saya lebih suka mengemukakan bahwa peranan keterangan observasi dalam ilmu menurut pandangan induktivis itu tidak seksama, tidak correct.
4. Observasi dan experimen dibimbing oleh teori
Contoh, katakanlah saya bersemangat hendak memberikan sumbangan kepada psikologi atau anatomi manusia, dan katakanlah saya mengetahui bahwa sedikit sekali penelitian dilakukan mengenai beratnya daun telinga. Apabila, di atas dasar ini, saya lebih dulu melakukan observasi yang sangat cermat terhadap beratnya daun telinga manusia dengan variasi yang sangat luas, merekam dan mengadakan kategorisasi observasi-observasi yang sangat banyak itu, saya kira jelas bahwa saya tidak akan dapat dengan cara demikian memberikan suatu sumbangan yang berarti kepada ilmu. Saya malah membuang-buang banyak waktu dan tenaga dengan sia-sia, kecuali jika sebelumnya ada teori yang mengatakan tentang pentingnya berat daun telinga atau ada suatu teori yang menghubungkanukuran daun telinga dengan terjadinya kanker.
Contoh diatas menggambarkan satu segi penting yang menyatakan bahwa di dalam ilmu, teori mendahului observasi. Observasi dan percobaan diadakan dengan maksud untuk menguji atau mengungkap sesuatu teori, dan hanya observasi yang relevan dengan tugas penelitian itu harus direkam. Namun, selama teori-teori yang membangun pengetahuan ilmiah bisa salah dan tidak lengkap, maka bimbingan yang diberikan oleh teori - agar observasi menjadi relevan dengan fenomena yang diselidiki - mungkin bisa menyesatkan dan mengakibatkan pengabaian beberapa faktor yang penting. Teori-teori tidak lengkap dan mungkin bisa salah yang membangun pengetahuan ilmiah dapat memberikan bimbingan salah pula kepada pengamat. Tetapi problema ini hendaknya ditangani dengan mengembangkan teori-teori kita lebih maju, dan bukan dengan merekam suatu daftar panjang yang tiada habisnya mengenai observasi-observasi tanpa tujuan.
5. Induktivisme tidak disalahkan secara konklusif
Pemisahan cara penemuan dan cara pembenaran, memungkinkan kaum induktivis menghindari kritik yang diarahkan pada klaim mereka bahwa ilmu bertolak lewat observasi. Akan tetapi, legitimasi pemisahan dua cara itu harus dipertanyakan. Hal ini saya harapkan menjadi makin jelas selagi buku ini melangkah makin jauh, bahwa esensial untuk mengerti bahwa ilmu adalah lembaga perkembangan historis pengetahuan dan suatu teori hanya dapat dinilai berharga apabila perhatian secukupnya diberikan pada konteks sejarahnya. Penilaian teori erat hubungannya dengan keadaan ketika teori itu pertama kali muncul.
Kaum induktivis ingin membuat pembedaan sangat tajam antara observasi langsung, yang mereka harapkan akan membentuk dasar yang kukuh untuk pengetahuan ilmiah, dan teori-teori yang akan dibenarkan dengan sejumlah dukungan induktif yang diterimanya dari dasar observasi yang terjamin. Kaum induktivis extrem-positivis logikal berlaku demikian jauh sampai mengemukakan bahwa teori hanya mempunyai arti selama ia dapat diverifikasi dengan observasi langsung. Sikap demikian itu tersangkal oleh kenyataan bahwa pembedaan tajam antara observasi dan teori tidak dapat dipertahankan, karena observasi atau lebih tepat keterangan yang dihasilkan dari observasi, telah lebih dulu kemasukan teori.
Persoalan induksi tidak dapat dipandang sebagai kesalahan yang pasti, karena sebagaimana telah saya katakan sebelumnya, kebanyakan filsafat ilmu lainnya pun menderita kesulitan-kesulitan serupa. Saya hanya menunjukkan suatu cara dimana kritik yang dipusatkan pada ketergantungan observasi pada teori dalam batas-batas tertentu dapat dihindari oleh kaum induktivis, dan saya yakin bahwa mereka masih saja dapat memikirkan pembelaan lain yang cerdik. Alasan saya utama mengapa induktivisme harus ditinggalkan ialah bahwa dibandingkan dengan pendekatan rivalnya yang lebih modern, induktivisme makin gagal memberikan keterangan yang lebih baru dan yang menarik tentang watak ilmu, suatu kenyataan yang telah mendorong Imre Lakatos untuk menyebut program itu sebagai program yang membawa kemunduran.
Tugas Merangkum (Filsafat)
Nama : William
NIM : 2007110177
Kelas : 11-7A
Tugas Filsafat
1. Apa itu filsafat?
Adalah sebuah sistem pemikiran/ cara berpikir yang terbuka untuk dipertanyakan dan dipersoalkan kembali.
2. Sebut dan jelaskan perbedaan ciri antara filsafat dan ilmu pengetahuan?
• Dari segi metode
Filsafat bersifat meta-empiris yaitu tidak sekedar menggunakan pengalaman indrawi dan bersifat eksperimental tapi melampaui empiris dan eksperimental.
Ilmu pengetahuan bersifat empiris dan eksperimental yaitu untuk mendapatkan kebenarannya, kebenaran tersebut harus diuji kebenarannya.
• Dari segi objek kajian
Objek kajian dari filsafat adalah keseluruhan kenyataan, tidak hanya yang berhubungan dengan rasio tapi juga empiris dan lainnya.
Objek kajian dari ilmu pengetahuan hanya sebagian kenyataan.
3. Sebut dan jelaskan kesamaan ciri antara filsafat dan ilmu pengetahuan?
• Rasional
Keduanya sama-sama berdasarkan akal budi manusia.
• Metodis
Keduanya sama-sama mempunyai metode, walaupun metodenya sendiri berbeda, yaitu ilmu pengetahuan memiliki metode empiris sedangkan filsafat memilki metode meta-empiris (melampaui empiris).
• Sistematis
Isi penjelasan secara keseluruhan yaitu berhubungan dan saling berurutan, inilah maksud dari sistematis.
4. Jelaskan hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan?
• Hal-hal dalam ilmu pengetahuan dapat menjadi bagian kajian/ pembahasan filsafat. Jadi apa yang dibahas atau didalami dalam ilmu pengetahuan dapat dibahas dan didalami juga dalam filsafat.
• Penemuan-penemuan dalam ilmu pengetahuan dapat mempengaruhi refleksi dalam filsafat. Jadi kalau dalam ilmu pengetahuan ditemukan hal-hal baru maka penemuan tersebut akan mempengaruhi filsafat juga.
5. Sebutkan dan jelaskan perbedaan dan kesamaan antara filsafat dan agama?
• Perbedaan filsafat dan agama :
- Filsafat didasarkan pada rasio sedangkan agama didasarkan pada iman, atau bisa dikatakan alat yang digunakan untuk percaya kepada sesuatu berbeda.
- Kebenaran didalam filsafat didapat dengan akal budi sedangkan kebenaran didalam agama didapat dari wahyu.
• Kesamaan antara filsafat dan agama :
Sama-sama mengandung suatu pandangan yang luas terhadap segala sesuatu tidak hanya pada ilmu pengetahuan.
6. Jelaskan hubungan antara filsafat dan agama?
Menurut Karl Jaspers hubungan antara filsafat dan agama itu selalu antara bersahabat atau bermusuhan satu sama lain, tidak pernah netral.
7. Apa itu pengetahuan, ilmu pengetahuan, filsafat pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan?
• Pengetahuan adalah keseluruhan gagasan, ide, konsep, pemahaman yang dimiliki manusia termasuk kemampuan teknis dan praktis tentang manusia dan kehidupannya sejauh belum dibakukan secara sistematis.
• Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan gagasan, ide, konsep, pemahaman yang dimiliki manusia termasuk kemampuan teknis dan praktis tentang manusia dan kehidupannya sejauh sudah dibakukan secara sistematis.
• Filsafat pengetahuan adalah upaya mengkaji segala sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan manusia pada umumnya, terutama menyangkut gejala pengetahuan dan sumber pengetahuan manusia.
• Filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
8. Jelaskan kesamaan dan perbedaan antara pengetahuan dan keyakinan?
• Kesamaan antara pengetahuan dan keyakinan adalah sama-sama merupakan sikap mental seseorang dalam hubungan dengan objek tertentu yang disadarinya sebagai ada atau terjadi.
• Perbedaannya :
- Dalam hal objek, objek pada pengetahuan pasti ada sedangkan pada keyakinan objeknya belum tentu ada.
- Dalam hal kebenaran, kebenaran pada pengetahuan sudah pasti benar karena apabila kebenaran pada pengetahuan salah maka tidak dapat dikatakan sebagai pengetahuan, sedangkan pada keyakinan kebenarannya belum tentu benar.
9. Sebut dan jelaskan macam-macam pengetahuan menurut polanya?
• Tahu “bahwa”
Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan yang berisi tentang informasi-informasi, sehingga pengetahuan tersebut berisi informative dan teoritis.
• Tahu “bagaimana”
Pengetahuan tahu bagaimana adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang bagaimana cara kita melakukan sesuatu. Karena itu pengetahuan tersebut bersifat praktis (dapat dipraktekkan) dan aplikatif (dapat diterapkan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari)
• Tahu “akan”
Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan yang melibatkan pengenalan/pengalaman langsung seseorang dengan sesuatu yang diketahui. Sehingga antara seseorang dan sesuatu itu perah melakukan kontak langsung.
• Tahu “mengapa”
Pengetahuan tersebut bersifat sangat teoritis (memiliki pengetahuan yang banyak secara teori) dan mendalam (benar-benar mengetahui tentang sesuatu) sehingga berfungsi untuk menjelaskan tentang sesuatu.
10. Jelaskan hubungan antara pengetahuan “bahwa” dengan jenis pengetahuan “bagaimana”?
• Pengetahuan bahwa bisa menjadi dasar pengetahuan bagaimana. Karena kita dapat mempraktekkan segala sesuatu berdasarkan teori yang sudah ada.
• Pengetahuan bahwa bermula dari pengetahuan bagaimana. Kita melakukan segala sesuatu dahulu baru kita dapat mengetahui teori (cara) untuk melakukan sesuatu tersebut.
• Teori disusun berdasarkan pengetahuan bagaimana. Setelah kita melakukan sesuatu dan mendapatkan teori (cara) untuk melakukan sesuatu, baru teori-teori yang telah kita peroleh, dapat kita susun menjadi langkah-langkah yang berurutan (sistematis).
NIM : 2007110177
Kelas : 11-7A
Tugas Filsafat
1. Apa itu filsafat?
Adalah sebuah sistem pemikiran/ cara berpikir yang terbuka untuk dipertanyakan dan dipersoalkan kembali.
2. Sebut dan jelaskan perbedaan ciri antara filsafat dan ilmu pengetahuan?
• Dari segi metode
Filsafat bersifat meta-empiris yaitu tidak sekedar menggunakan pengalaman indrawi dan bersifat eksperimental tapi melampaui empiris dan eksperimental.
Ilmu pengetahuan bersifat empiris dan eksperimental yaitu untuk mendapatkan kebenarannya, kebenaran tersebut harus diuji kebenarannya.
• Dari segi objek kajian
Objek kajian dari filsafat adalah keseluruhan kenyataan, tidak hanya yang berhubungan dengan rasio tapi juga empiris dan lainnya.
Objek kajian dari ilmu pengetahuan hanya sebagian kenyataan.
3. Sebut dan jelaskan kesamaan ciri antara filsafat dan ilmu pengetahuan?
• Rasional
Keduanya sama-sama berdasarkan akal budi manusia.
• Metodis
Keduanya sama-sama mempunyai metode, walaupun metodenya sendiri berbeda, yaitu ilmu pengetahuan memiliki metode empiris sedangkan filsafat memilki metode meta-empiris (melampaui empiris).
• Sistematis
Isi penjelasan secara keseluruhan yaitu berhubungan dan saling berurutan, inilah maksud dari sistematis.
4. Jelaskan hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan?
• Hal-hal dalam ilmu pengetahuan dapat menjadi bagian kajian/ pembahasan filsafat. Jadi apa yang dibahas atau didalami dalam ilmu pengetahuan dapat dibahas dan didalami juga dalam filsafat.
• Penemuan-penemuan dalam ilmu pengetahuan dapat mempengaruhi refleksi dalam filsafat. Jadi kalau dalam ilmu pengetahuan ditemukan hal-hal baru maka penemuan tersebut akan mempengaruhi filsafat juga.
5. Sebutkan dan jelaskan perbedaan dan kesamaan antara filsafat dan agama?
• Perbedaan filsafat dan agama :
- Filsafat didasarkan pada rasio sedangkan agama didasarkan pada iman, atau bisa dikatakan alat yang digunakan untuk percaya kepada sesuatu berbeda.
- Kebenaran didalam filsafat didapat dengan akal budi sedangkan kebenaran didalam agama didapat dari wahyu.
• Kesamaan antara filsafat dan agama :
Sama-sama mengandung suatu pandangan yang luas terhadap segala sesuatu tidak hanya pada ilmu pengetahuan.
6. Jelaskan hubungan antara filsafat dan agama?
Menurut Karl Jaspers hubungan antara filsafat dan agama itu selalu antara bersahabat atau bermusuhan satu sama lain, tidak pernah netral.
7. Apa itu pengetahuan, ilmu pengetahuan, filsafat pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan?
• Pengetahuan adalah keseluruhan gagasan, ide, konsep, pemahaman yang dimiliki manusia termasuk kemampuan teknis dan praktis tentang manusia dan kehidupannya sejauh belum dibakukan secara sistematis.
• Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan gagasan, ide, konsep, pemahaman yang dimiliki manusia termasuk kemampuan teknis dan praktis tentang manusia dan kehidupannya sejauh sudah dibakukan secara sistematis.
• Filsafat pengetahuan adalah upaya mengkaji segala sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan manusia pada umumnya, terutama menyangkut gejala pengetahuan dan sumber pengetahuan manusia.
• Filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
8. Jelaskan kesamaan dan perbedaan antara pengetahuan dan keyakinan?
• Kesamaan antara pengetahuan dan keyakinan adalah sama-sama merupakan sikap mental seseorang dalam hubungan dengan objek tertentu yang disadarinya sebagai ada atau terjadi.
• Perbedaannya :
- Dalam hal objek, objek pada pengetahuan pasti ada sedangkan pada keyakinan objeknya belum tentu ada.
- Dalam hal kebenaran, kebenaran pada pengetahuan sudah pasti benar karena apabila kebenaran pada pengetahuan salah maka tidak dapat dikatakan sebagai pengetahuan, sedangkan pada keyakinan kebenarannya belum tentu benar.
9. Sebut dan jelaskan macam-macam pengetahuan menurut polanya?
• Tahu “bahwa”
Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan yang berisi tentang informasi-informasi, sehingga pengetahuan tersebut berisi informative dan teoritis.
• Tahu “bagaimana”
Pengetahuan tahu bagaimana adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang bagaimana cara kita melakukan sesuatu. Karena itu pengetahuan tersebut bersifat praktis (dapat dipraktekkan) dan aplikatif (dapat diterapkan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari)
• Tahu “akan”
Pengetahuan tersebut adalah pengetahuan yang melibatkan pengenalan/pengalaman langsung seseorang dengan sesuatu yang diketahui. Sehingga antara seseorang dan sesuatu itu perah melakukan kontak langsung.
• Tahu “mengapa”
Pengetahuan tersebut bersifat sangat teoritis (memiliki pengetahuan yang banyak secara teori) dan mendalam (benar-benar mengetahui tentang sesuatu) sehingga berfungsi untuk menjelaskan tentang sesuatu.
10. Jelaskan hubungan antara pengetahuan “bahwa” dengan jenis pengetahuan “bagaimana”?
• Pengetahuan bahwa bisa menjadi dasar pengetahuan bagaimana. Karena kita dapat mempraktekkan segala sesuatu berdasarkan teori yang sudah ada.
• Pengetahuan bahwa bermula dari pengetahuan bagaimana. Kita melakukan segala sesuatu dahulu baru kita dapat mengetahui teori (cara) untuk melakukan sesuatu tersebut.
• Teori disusun berdasarkan pengetahuan bagaimana. Setelah kita melakukan sesuatu dan mendapatkan teori (cara) untuk melakukan sesuatu, baru teori-teori yang telah kita peroleh, dapat kita susun menjadi langkah-langkah yang berurutan (sistematis).
Tugas Merangkum (Communication Science)
Pengorbanan diri, saling perhatian, dan memberi tanpa mengharapkan imbalan. Pertemanan yang saling menguntungkan didasarkan pada kesamaan : masing-masing pihak saling memberi dan menerima keuntungan dan penghargaan dalam hubungannya.
Pertemanan yang didasarkan pada keterbukaan, dalam perbandingannya, ada ketidakseimbangan dalam memberi dan menerima, 1 orang adalah pihak yang selalu diberi dan 1 orang adalah pihak yang selalu menerima. Ini adalah ketidakseimbangan yang jelas, karena masing-masing pihak menerima sesuatu dari hubungannya. Adanya perbedaan kebutuhan dari 2 orang yang menerima perhatian dan orang yang memberi perhatian tersebut akan terpuaskan.
Pertemanan yang didasarkan pada sifat saling membutuhkan karena 1 tujuan sifatnya hanya sementara, itu lebih tepat dikatakan sebagai hubungan pertemanan biasa dibandingkan hubungan pertemanan sejati.
1. Tipe-tipe Pencinta
Seperti layaknya jenis-jenis teman, ada juga beberapa karakter orang dalam mencintai:
• Cinta Eros, yaitu tipe pencinta yang mementingkan kecantikan dan dan daya tarik fisik. Dia mempunyai tipe idealnya tersendiri yang tidak mungkin terwujud dalam kenyataan. Pada akhirnya para pencinta eros tidak pernah merasa terpuaskan.
• Cinta Ludic, yaitu tipe pencinta yang mencari kesenangan dan hiburan dan melihat cinta hanya sebagai permainan. Bagi pencinta berkarakter ludic, cinta tidak pernah dianggap serius, ketika pasangannya sudah dianggap tidak menarik lagi, maka bagi mereka sudah waktunya untuk ganti.
• Cinta Storge, adalah cinta yang bertipe tenang dan damai. Mereka memandang cinta itu sebagai sarana untuk berbagi aktivitas dan kesamaan minat. Tipe seperti ini dari pikiran dan perasaan kadang sulit dibedakan dengan hubungan pertemanan.
• Cinta Pragma, cinta ini mementingkan tingkat status sosial pasangannya dibandingkan kepribadian orang itu, latar belakang dari orang itu lebih dianggap penting.
• Cinta Manic, cinta ini sangat mementingkan hubungan saling perhatian dan saling pengertian. Jika salah satu pihak kurang memberikan reaksinya maka akan timbul perasaan depresi, cemburu, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan karakter diri yang tidak bertumbuh.
• Cinta Agapic, yaitu cinta yang penuh akan rasa empati dan tidak mementingkan diri sendiri. Cinta ini diberikan tanpa mengharapkan penghargaan atau imbalan. Yang telah sampai pada tahap ini dan telah mempraktekkannya adalah Yesus, Buddha, Gandhi.
2. Tipe-tipe dalam Hubungan yang Sifatnya Utama
Hubungan yang sifatnya utama (primer) adalah hubungan diantara 2 orang yang masing-masing pihak saling menganggap hubungan mereka sebagai hubungan yang paling penting.
Ada tiga tipe dasar dalam hubungan ini:
• Hubungan Tradisional
Hubungan tipe ini memiliki dasar kepercayaan dan cara berpikir yang sama mengenai hidup. Mereka memandang diri mereka sebagai pasangan dari 2 orang yang menggabungkan perbedaan dari karakter yang dimiliki daripada sebagai 2 individu yang berbeda. Mereka bergantung satu sama lain dan percaya bahwa kebebasan masing-masing individu harus dikorbankan untuk tercapainya suatu hubungan yang baik. Hubungan ini lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dan hanya sedikit waktu yang dihabiskan di luar itu. Mereka jarang sekali bertengkar dan konflik yang terjadi hanya sedikit, karena masing-masing orang mengetahui batasan-batasan terkecil dalam hubungan mereka. Dalam komunikasi, tipe ini sangat responsif (timbal baliknya cepat) satu sama lain.
• Hubungan Bebas
Dalam tipe ini, hubungan antara 2 pihak penting tapi tidak sepenting kebebasan yang dimiliki masing-masing individu. Walaupun hubungan ini banyak menghabiskan waktunya bersama-sama, tapi tidak menjadi bagian yang memakan banyak waktu dalam hidupnya. Komunikasi dalam hubungan ini juga sangat responsif. Ketika mengalami suatu konflik mereka saling terbuka dan menghadapinya tanpa ada rasa takut. Cara untuk membuat diri mereka diketahui menimbulkan efek yang cukup besar dan beresiko tinggi. Cara seperti ini tidak ditemukan dalam hubungan tradisional.
• Hubungan Terpisah
Walaupun namanya hubungan terpisah tapi mereka tinggal bersama tapi memandang hubungan mereka sebagai bagian dari kebutuhan mereka dibandingkan hubungan saling cinta dan kedekatan. Mereka terlihat memiliki keinginan yang kecil untuk tinggal bersama, dan pada nyatanya mereka hanya bersama saat waktu yang memang seharusnya bersama seperti waktu makan ataupun waktu liburan. Hubungan ini hanya sedikit berbagi, mereka terlihat lebih senang pada cara hidupnya masing-masing.
• Gabungan dari beberapa tipe hubungan tersebut
Bisa juga dalam suatu hubungan masing-masing orang lebih suka dengan gaya hubungan yang berbeda. Mungkin yang satu lebih memilih hubungan tradisional sedangkan yang satu lagi lebih memilih hubungan terpisah.
3. Teori-teori dalam Hubungan
Ada 5 teori yang menjadi dasar dalam hubungan.
1. Teori Daya Tarik
Hubungan dalam teori ini didasarkan pada daya tarik (attraction). Tidak diragukan lagi, seringkali kita tertarik pada sebagian orang dan tidak tertarik pada sebagian lagi. Begitu juga dengan diri kita, ada beberapa orang yang tertarik dan ada beberapa orang yang tidak tertarik. Ada 4 faktor yang menentukan apakah seseorang tertarik atau tidak, yaitu:
• Similarity (kesamaan)
Seandainya kita memiliki pasangan, secara tidak sadar pasangan yang kita pilih itu akan terlihat wajah, tingkah laku, dan cara berpikir yang hampir sama dengan kita. Umumnya, masyarakat menyukai mereka yang memiliki kesamaan atau kemiripan dengan diri mereka, baik dari segi kewarganegaraan, ras, kemampuan, tampilan fisik, kepintaran, dan sikap. Penelitian juga mengatakan bahwa kita akan lebih suka menolong orang yang memiliki kesamaan dengan kita. Kadang masyarakat juga tertarik pada orang yang memiliki kepribadian yang sama sekali berbeda dengan dirinya, ini disebut juga pelengkapan (complimentarity), contoh orang yang sifatnya dominan lebih tertarik pada orang yang kurang atau tidak dominan.
• Proximity (kedekatan sosial,jarak)
Jika kita melihat ke orang-orang yang kita tertarik di sekeliling kita, kita mungkin akan menemukan kalau orang-orang tersebut tinggal atau bekerja dekat kita. Kedekatan sosial , fisik (proximity) adalah tahapan yang paling penting dalam interaksi. Contoh dari proximity adalah jarak dalam kelas membuat kedua orang yang duduk berjauhan menjadi sulit untuk berkomunikasi.
• Reinforcement (pengukuhan)
Tidak mengherankan kalau kita akan lebih tertarik kepada orang yang memberikan hadiah atau pengukuhan, yang mana bisa dimulai dari sesuatu yang sederhana hingga sesuatu yang mewah. Contoh, kita bisa lebih tertarik sama orang yang meminta bantuan kita, karena secara tidak sadar kita akan merasa bahwa orang tersebut menghargai apa yang kita lakukan.
• Physical Attractiveness and Personality (daya tarik diri dan kepribadian)
Kebanyakan orang lebih menghargai orang yang memiliki daya tarik fisik yang menarik dibandingkan yang tidak. Kita pun akan merasakan perasaan yang tidak asing, dan terasa seperti pernah melihat orang tersebut sebelumnya. Begitu juga dengan kepribadian (personality), kita pun lebih menyukai orang yang memiliki kepribadian yang baik dibandingkan yang tidak baik.
Pertemanan yang didasarkan pada keterbukaan, dalam perbandingannya, ada ketidakseimbangan dalam memberi dan menerima, 1 orang adalah pihak yang selalu diberi dan 1 orang adalah pihak yang selalu menerima. Ini adalah ketidakseimbangan yang jelas, karena masing-masing pihak menerima sesuatu dari hubungannya. Adanya perbedaan kebutuhan dari 2 orang yang menerima perhatian dan orang yang memberi perhatian tersebut akan terpuaskan.
Pertemanan yang didasarkan pada sifat saling membutuhkan karena 1 tujuan sifatnya hanya sementara, itu lebih tepat dikatakan sebagai hubungan pertemanan biasa dibandingkan hubungan pertemanan sejati.
1. Tipe-tipe Pencinta
Seperti layaknya jenis-jenis teman, ada juga beberapa karakter orang dalam mencintai:
• Cinta Eros, yaitu tipe pencinta yang mementingkan kecantikan dan dan daya tarik fisik. Dia mempunyai tipe idealnya tersendiri yang tidak mungkin terwujud dalam kenyataan. Pada akhirnya para pencinta eros tidak pernah merasa terpuaskan.
• Cinta Ludic, yaitu tipe pencinta yang mencari kesenangan dan hiburan dan melihat cinta hanya sebagai permainan. Bagi pencinta berkarakter ludic, cinta tidak pernah dianggap serius, ketika pasangannya sudah dianggap tidak menarik lagi, maka bagi mereka sudah waktunya untuk ganti.
• Cinta Storge, adalah cinta yang bertipe tenang dan damai. Mereka memandang cinta itu sebagai sarana untuk berbagi aktivitas dan kesamaan minat. Tipe seperti ini dari pikiran dan perasaan kadang sulit dibedakan dengan hubungan pertemanan.
• Cinta Pragma, cinta ini mementingkan tingkat status sosial pasangannya dibandingkan kepribadian orang itu, latar belakang dari orang itu lebih dianggap penting.
• Cinta Manic, cinta ini sangat mementingkan hubungan saling perhatian dan saling pengertian. Jika salah satu pihak kurang memberikan reaksinya maka akan timbul perasaan depresi, cemburu, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan karakter diri yang tidak bertumbuh.
• Cinta Agapic, yaitu cinta yang penuh akan rasa empati dan tidak mementingkan diri sendiri. Cinta ini diberikan tanpa mengharapkan penghargaan atau imbalan. Yang telah sampai pada tahap ini dan telah mempraktekkannya adalah Yesus, Buddha, Gandhi.
2. Tipe-tipe dalam Hubungan yang Sifatnya Utama
Hubungan yang sifatnya utama (primer) adalah hubungan diantara 2 orang yang masing-masing pihak saling menganggap hubungan mereka sebagai hubungan yang paling penting.
Ada tiga tipe dasar dalam hubungan ini:
• Hubungan Tradisional
Hubungan tipe ini memiliki dasar kepercayaan dan cara berpikir yang sama mengenai hidup. Mereka memandang diri mereka sebagai pasangan dari 2 orang yang menggabungkan perbedaan dari karakter yang dimiliki daripada sebagai 2 individu yang berbeda. Mereka bergantung satu sama lain dan percaya bahwa kebebasan masing-masing individu harus dikorbankan untuk tercapainya suatu hubungan yang baik. Hubungan ini lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dan hanya sedikit waktu yang dihabiskan di luar itu. Mereka jarang sekali bertengkar dan konflik yang terjadi hanya sedikit, karena masing-masing orang mengetahui batasan-batasan terkecil dalam hubungan mereka. Dalam komunikasi, tipe ini sangat responsif (timbal baliknya cepat) satu sama lain.
• Hubungan Bebas
Dalam tipe ini, hubungan antara 2 pihak penting tapi tidak sepenting kebebasan yang dimiliki masing-masing individu. Walaupun hubungan ini banyak menghabiskan waktunya bersama-sama, tapi tidak menjadi bagian yang memakan banyak waktu dalam hidupnya. Komunikasi dalam hubungan ini juga sangat responsif. Ketika mengalami suatu konflik mereka saling terbuka dan menghadapinya tanpa ada rasa takut. Cara untuk membuat diri mereka diketahui menimbulkan efek yang cukup besar dan beresiko tinggi. Cara seperti ini tidak ditemukan dalam hubungan tradisional.
• Hubungan Terpisah
Walaupun namanya hubungan terpisah tapi mereka tinggal bersama tapi memandang hubungan mereka sebagai bagian dari kebutuhan mereka dibandingkan hubungan saling cinta dan kedekatan. Mereka terlihat memiliki keinginan yang kecil untuk tinggal bersama, dan pada nyatanya mereka hanya bersama saat waktu yang memang seharusnya bersama seperti waktu makan ataupun waktu liburan. Hubungan ini hanya sedikit berbagi, mereka terlihat lebih senang pada cara hidupnya masing-masing.
• Gabungan dari beberapa tipe hubungan tersebut
Bisa juga dalam suatu hubungan masing-masing orang lebih suka dengan gaya hubungan yang berbeda. Mungkin yang satu lebih memilih hubungan tradisional sedangkan yang satu lagi lebih memilih hubungan terpisah.
3. Teori-teori dalam Hubungan
Ada 5 teori yang menjadi dasar dalam hubungan.
1. Teori Daya Tarik
Hubungan dalam teori ini didasarkan pada daya tarik (attraction). Tidak diragukan lagi, seringkali kita tertarik pada sebagian orang dan tidak tertarik pada sebagian lagi. Begitu juga dengan diri kita, ada beberapa orang yang tertarik dan ada beberapa orang yang tidak tertarik. Ada 4 faktor yang menentukan apakah seseorang tertarik atau tidak, yaitu:
• Similarity (kesamaan)
Seandainya kita memiliki pasangan, secara tidak sadar pasangan yang kita pilih itu akan terlihat wajah, tingkah laku, dan cara berpikir yang hampir sama dengan kita. Umumnya, masyarakat menyukai mereka yang memiliki kesamaan atau kemiripan dengan diri mereka, baik dari segi kewarganegaraan, ras, kemampuan, tampilan fisik, kepintaran, dan sikap. Penelitian juga mengatakan bahwa kita akan lebih suka menolong orang yang memiliki kesamaan dengan kita. Kadang masyarakat juga tertarik pada orang yang memiliki kepribadian yang sama sekali berbeda dengan dirinya, ini disebut juga pelengkapan (complimentarity), contoh orang yang sifatnya dominan lebih tertarik pada orang yang kurang atau tidak dominan.
• Proximity (kedekatan sosial,jarak)
Jika kita melihat ke orang-orang yang kita tertarik di sekeliling kita, kita mungkin akan menemukan kalau orang-orang tersebut tinggal atau bekerja dekat kita. Kedekatan sosial , fisik (proximity) adalah tahapan yang paling penting dalam interaksi. Contoh dari proximity adalah jarak dalam kelas membuat kedua orang yang duduk berjauhan menjadi sulit untuk berkomunikasi.
• Reinforcement (pengukuhan)
Tidak mengherankan kalau kita akan lebih tertarik kepada orang yang memberikan hadiah atau pengukuhan, yang mana bisa dimulai dari sesuatu yang sederhana hingga sesuatu yang mewah. Contoh, kita bisa lebih tertarik sama orang yang meminta bantuan kita, karena secara tidak sadar kita akan merasa bahwa orang tersebut menghargai apa yang kita lakukan.
• Physical Attractiveness and Personality (daya tarik diri dan kepribadian)
Kebanyakan orang lebih menghargai orang yang memiliki daya tarik fisik yang menarik dibandingkan yang tidak. Kita pun akan merasakan perasaan yang tidak asing, dan terasa seperti pernah melihat orang tersebut sebelumnya. Begitu juga dengan kepribadian (personality), kita pun lebih menyukai orang yang memiliki kepribadian yang baik dibandingkan yang tidak baik.
Langganan:
Postingan (Atom)